Minggu, 10 Juni 2012

RAHASIA BUTON PERJANJIAN RAHASIA INTERNASIONAL DiATAS KAPAL BELANDA KAREL DORMAN TAHUN 1948 ANTARA UTUSAN RATU BELANDA WELHELMINA, UTUSAN SOEKARNO DAN SULTAN BUTON

Oleh : Ali Habiu

Kisah ini (folklour) merupakan cerita yang beredar dikalangan tertentu masyarakat Buton dan penulis dapatkan dari DR (HC) La Ode Unga Wathullah, seorang penganut Tassauf, Pengkaji Filsafat dan Budaya Buton pada tahun 1976 lalu di Makassar. Cerita ini muncul ketika kami sedang menonton acara Televisi Republik Indonesia yakni masuknya bantuan Belanda ke Indonesia melalui organisasi IGGI. Dia mengatakan bahwa pada tahun 1948 diperairan pulau Buton telah dilakukan perjanjian rahasia internasional di atas Kapal Karel Dorman antara utusan khusus Ratu Belanda Welhelmina dengan utusan khusus Presiden Soekarno dan Sultan Buton Falihi atau Oputa Yii ba'dhia. Khusus utusan khusus Presiden Soekarno adalah seorang jenderal bisu. Dikatakan bisu karena selama turun dari Kapal Belanda Karel Dorman di Bau-Bau menemui Sultan Buton Falihi di Istana Kesultanan Buton, dia sama sekali tidak mau buka suara, namun hanya memberikan senyuman dan sekali-sekali muka memandangi ke atas dan kebawah. Kisah perjanjian rahasia ini hingga saat ini belum dipublikasikan dan hanya diketahui oleh kalangan tertentu para petinggi dan kerabat dekat kesultanan Buton. Dia mengatakan bahwa utusan Presiden Soekarno tersebut adalah orang Buton yang tinggal di jakarta dari kesatuan TNI yang sampai sekarang tidak jelas namanya, demikian pula utusan khusus Ratu Wilhelmina juga sampai saat ini belum jelas namanya.
Ketika menjelang akhir kekuasaan Ratu Belanda Welhelmina tanggal 4 September 1948, sebelum dia menyerahkan pucuk kekuasaannya kepada anak tunggalnya yang bernama Putri Juliana, dia mengingat kembali akan janjinya kepada leluhurnya di Buton. Disaat-saat perang berkecamuk antara tentara Belanda dan para pejuang kemerdekaan di pulau Jawa, maka Ratu Welhelmina memerintahkan orang kepercayaannya untuk segera diusahakan melakukan perjanjian dengan Presiden Soekarno dan Sultan Buton Falihi yang berlangsung secara rahasia di atas kapal Karel Dorman, dimana Soekarno menunjuk seorang jenderal bisu untuk mewakilinya.
Adapun isi perjanjian rahasia yang berlangsung di atas kapal Karel Dorman tahun 1948 meliputi :

  1. Pengakuan kedaulatan Negara Republik Indonesia oleh Pemerintahan Kerajaan Belanda. Simbol janji berupa : pengakuan harus dilakukan di Belanda antara utusan Presiden Soekarno dan utusan kerajaan Belanda.
  2. Pengakuan kedaulatan irian Barat sebagai daerah kekuasaan Pemerintah Republik Indonesia. Simbol janji, berupa : sepasang kambing warna putih laki-laki dan perempuan.
  3. Pengakuan akan membangun negeri Buton menjadi suatu negeri yang penuh cahaya (negeri makmur dan sentosa). Simbol janji, berupa : tiga buah alat janji (dalam tulisan ini tidak disebutkan)
Sebagai bukti atas telah diadakannya perjanjian rahasia di atas kapal Karel Dorman tersebut, setelah Sultan Falihi turun ke darat dan kembali ke Keraton Buton, dia ditemani seorang Belanda dengan membawa Lantera berupa lampu gantung dengan jumlah lampu 12 mata dan setibanya di Keraton Buton Lantera tersebut langsung digantung di dalam Mesjid Keraton Buton tepat di flapon tengah-tengah mesjid tersebut yang disaksikan oleh Sultan Buton Falihi dan para petinggi Istana Kesultanan Buton sebagai pertanda simbolik lambang pesan bahwa Belanda mempunyai utang dengan negeri Buton yang suatu saat nanti akan dibayarnya dengan membangun negeri Buton penuh kemegahan (negeri penuh cahaya).
Setahun kemudian sesudah dilakukan ketiga perjanjian ini, satu diantaranya telah dipenuhi oleh Belanda, yakni pengakuan kedaulatan negara Indonesia melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) yang berlangsung di Den Haag negeri Belanda pada tanggal 23 Agustus 1949 s/d 2 November 1949. Dalam KMB tersebut kecuali penyerahan Irian Barat belum diberikan kepada Indonesia masih menjadi wilayah dibawah kekuasaan Hindia Belanda karena sesuatu pertimbangan politik sampai situasi dan kondisi memungkinkan barulah diberikan kepada Indonesia. Sedangkan pembangunan negeri Buton yang akan dilakukan oleh Belanda sebagai "negeri penuh cahaya" masih menunggu masa yang ditentukan.
   
        La Ode Unga Wathullah meninggal dunia pada tanggal 24 Juli 2006 di Jakarta dalam usia 90 tahun, satu lagi putra asli negeri Buton terbaik yang selama hidupnya bergelut sebagai pencinta Filsafat dan Budaya Buton meninggalkan kita semua. Semoga amal baktinya diterima disisi Allah Subhana Wata'ala, amin.

Hasil Konferensi Meja Bundar
Adapun hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) yang dilaksanakan di Den Haag Belanda pada tanggal 23 Agustus 1949 s/d 2 November 1949 secara lengkap sebagai berikut :
  1. Seterima kedaulatan dari pemerintah kolonial Belanda kepada Republik Indonesia Serikat, kecuali Papua Barat. Indonesia ingin agar semua bekas daerah Hindia Belanda menjadi daerah Indonesia, sedangkan Belanda ingin menjadikan Papua Barat negara terpisah karena perbedaan ethnis. Konferensi ditutup tanpa keputusan mengenai hal ini. Oleh karena itu, pasal 2 menyebutkan bahwa Papua Barat bukan bagian dari serah terima ini, bahwa masalah ini akan diselesaikan dalam waktu satu tahun.
  2. Dibentuknya sebuah persekutuan Belanda-Indonesia, dengan Monarch Belanda sebagai Kepala Negara.
  3. Pengambil alihan hutang Hindia Belanda oleh Republik Indonesia Serikat sebesar 4,3 milyar gulden.
Substansi Penahanan Irian Barat (Papua Barat) dalam KMB...
Bila kita mau mengamati lebih jauh substansial politik dibalik mengapa Irian Barat ketika pelaksanaan KMB belum juga serta merta diserahkan oleh Belanda ke dalam daerah kekuasaan Indonesia, karena pada dasarnya Belanda sebetulnya bermaksud baik kepada Indonesia supaya disuatu saat yang tepat Irian Barat betul-betul masuk dalam kekuasaan Indonesia tanpa ada halangan satupun dari pihak-pihak lain. Perlu diketahui bahwa New Guinea atau Irian Timur jauh jauh hari sebelum pelaksanaan KMB di Den Haag Belanda sudah menjadi wilayah koloni Australia yang sudah sejak lama menginginkan Irian Barat masuk dalam wilayah kolono kekuasaannya. Pada konteksi demikian, Indonesia sangat beresiko bila masalah memperebutkan dan/atau mempertahankan kedaulatan Irian Barat ini dari kepentingan Australia seandainya saat itu juga Belanda menyerahkan kedaulatan Irian Barat kepangkuan Negara Indonesia. Mengapa demikian, karena angkatan perang Australia ketika itu cukup kuat karena mereka dibantu oleh sekutunya Amerika Serikat dan Inggeris yang juga punya minat untuk menguasai Indonesia.
Niat imperialisme Amerika Serikat kepada Indonesia untuk mendapatkan kontrol mutlak atas kekayaan alam dan sumber-sumber strategis yang dimiliki oleh seluruh wilayah kepulauan di Indonesia sudah diperlihatkan sejak memauki awal abad IX lalu.

Kondisi strategis Indonesia di saat itu telah Amerika Serikat perhitungkan sebagai Negara terkaya nomor lima terbesar di Dunia dibidang sumber-sumber daya alam. Selain sebagai produsen minyak yang nomor lima terbesar, Indonesia juga mempunyai cadangan-cadangan sumber daya alam berupa : timah, galena, bauksit, emas, perak, mangan, berlian, fosfat, nikel, tembaga, besi dan dibidang botani berupa : karet, kopi, minyak kelapa sawit, tembakau, gula, kelapa, rempah-rempah, kayu, kina yang memiliki potensi yang sangat besar.
Pada tahun 1939 yang pada waktu itu pemerinatah Belanda di Indonesia masih dipanggil West Indies Belanda, telah memasok lebih dari separoh dari total komsumsi bahan mentah yang penting bagi Amerika Serikat. Oleh karena itu Amerika Serikat sangat hati-hati dalam melakukan peranannya di kawasan Asia Tenggara agar tidak sampai mengganggu hegemoni politiknya terhadap Indonesia.
Dengan kondisi demikian itu, Hindia Belanda sangat tahu keadaan ini, sehingga setelah Kemedekaan Bangsa Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, Belanda tetap membuat strategi bagi kelanggengan kekuasaannya di Indonesia melalui politik pecah belah dengan maksud agar tidak memberi peluang bagi masuknya Amerika Serikat dan sekutunya untuk menguasai seluruh potensi sumber daya alam yang terdapat di seluruh kawasan wilayah Indonesia sampai Belanda memperkirakan Indonesia telah mempunyai suatu kekuatan ekonomi, politik, pemerintahan dan pertahanan agar mampu mempertahankan diri sendiri dari serangan Amerika Serikat dan sekutunya dalam rangka mempertahankan kedaulatan negara Indonesia.

Upaya Perebutan Irian Barat oleh Tentara Indonesia...
Setelah Bung Karno melaksanakan Dekrit 5 Juli 1959 kemudian dilanjutkan dengan Manifesto Politik Republik Indonesia 17 Agustus 1959 tentang Penemuan Kembali Revolusi Indonesia.
Dengan memperhitungkan kekuatan-kekuatan Revolusi dan Jiwa semangat rakyat berupa :

  • Pertama. UUD-1945 dan jiwa Revolusi 1945
  • Kedua. Hasil dari pada segala pikiran dan keringat rakyat sejak tahun 1945 hingga sekarang,
  • Ketiga. Makin bertumbunya kekuatan ekonomi yang menjadi milik nasional yang sudah melputi 70% dari seluruh kekuatan ekonomi yang berada di Indonesia,
  • Keempat. Angkatan perang yang makin lama semakin kuta dan administrasi pemerintahan semakin lama semakin baik,
  • Kelima. wilalay kesatuan Republik Indonesia yang kompak unitaristis dan amat luas dan yang letaknya amat strategis dalam politik dan ekonomi dunia serta jumlah rakyat sudah mencapai 88 juta orang.
  • Keenam. Kepercayaan dan keuletan bangsa sendiri yang sudah dibuktikan di zaman yang lampau.
  • Ketujuh. Kekayaan alam, kekayaan di atas dan kekayaan di dalam bumi tak ada bandingnya di seluruh dunia ini dan tak ada tandingnya didelapan penjuru angin.
Berdasarkan ketujuh kekuatan revolusi Indonesia itu disusunlah rencana untuk melawan Imperialisme Belanda di Irian Barat (Papua Barat). Dalam Manifesto Politik jelas dikatakan ; bahwa kita melawan imperialisme Belanda karena imperialisme ini menjajah Irian Barat. Jelas juga dikatakan bahwa pengambilalihan perusahaan-perusahaan Belanda dalam rangka perjuangan pembebasan Irian Barat adalah suatu langkah strategis yang amat penting sekali. Tetapi belum semua modal Belanda diambil alih, belum semua perusahaan milik Belanda dinasionalisir, padahal sikap Belanda untuk Irian Barat tetap membandel. Jika mereka dalam persoalan klaim nasional kita, tetap berkepala batu, maka semua modal Belanda, termasuk yang berada di perusahaan-perusahaan campuran akan habis tamat riwayatnya sama sekali di "bumi Indonesia".
Bersamaan dengan semangat penemuan kembali Revolusi Indonesia, mulai tanggal 19 Desember 1961 bertempat di Jogyakarta, Presiden Soekarno mengeluarkan suatu komando yang dikenal dengan nama Tri Komando Rakyat (TRIKORA), dengan tuntutan sebagai berikut :
  1. Gagalkan pembentukan negara boneka Papua Belanda Kolonial,
  2. Kibarkan bendera Sang Merah Putih di Irian Barat tanah air Indonesia,
  3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum dalam rangka memprtahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa.
Sebagai langkah awal, tanggal 2 Januari 1962 dibentuklah Komando Operasi Mandala yang bertugas sebagai perencanaan operasi militer ke Irian Barat, dan pada tahun 1963 Irian Barat dikuasai oleh Indonesia. Dalam konteks pengarahan kekuatan militer melalui komando TRIKORA yang dikumandangkan tahun 1963 inilah membuat ambigius rencana imperialisme Amerika Serikat dan sekutunya ke Indonesia semakin melorot dan sudah tidak berani lagi.

Alat janji di Bawah ke Irian Barat...
Pada fase infiltrasi akhir tahun 1962, Presiden Soekarno memanggil seorang putra asli Buton dari asal desa Liya kepulauan Wang-Wangi yang terletak dibagian timur pulau Buton. Dia bernama La Ode Madhimuru yang diperintahkan oleh Soekarno untuk segera membawa alat janji Belanda, sesuai dengan kesepakatan pada butir dua perjanjian rahasia di atas Kapal Karel Dorman tahun 1948 tersebut, yaitu berupa 1 ekor kambing laki-laki warna putih dan 1 ekor kambing perempuan warna putih.  kedua kambing inilah yang diperintahkan oleh Presiden Soekarno kepada La Ode Madhimuru untuk segera membwanya dari jakarta menuju maluku. Dengan menumpang kapal perang, La Ode Madhimuru membawa kedua ekor kambing tersebut dan setibanya di Maluku, dia turun dikawasan pulau Aru perbatasan Irian Barat. Dari kepualaun inilah La Ode Madhimuru serta dibantu oleh masyarakat lokal dengan menggunakan keahliannya dia bisa menghilang secara ghaib dan kebal tidak bisa dimakan senjata api, dia membawa dua ekor kambing putih tersebut masuk ke wilayah Irian Barat tanpa bisa diteteksi oleh radar atau intelijen Belanda dan langsung menyusup kedalam kantor pembesar Belanda (controler). Tepat pada fase serangan terbuka awal tahun 1963, La Ode madhimuru melepas sepasang kambing putih laki-laki dan perempuan di depan kantor pembesar Belanda (controler) di Irian Barat dan seketika depan kantor mulai ribut menyaksikan dua ekor kambing tersebut lalu pembesar Belanda (controler) keluar melihat langsung sepasang kambing putih tersebut dan alangkah terkejutnya sang pembesar itu. Sang pembesar Belanda itu telah melihat alat janji yang telah disepakati di atas kapal Karel Dorman dan langsung memanggil semua penasehatnya dan mengatakan :

..."Tammatlah sudah kekuasaan kita..., janji kita sudah ditagih oleh Buton..., kita sudah harus melepaskan Irian Barat kepangkuan Bangsa Indonesia..."
 
Akhirnya pembesar Belanda tersebut memerintahkan kepada semua angkatan perangnya untuk tidak lagi membuat perlawanan kepada serangan tentara Indonesia di Irian Barat dan mulai saat itu mempersiapkan penarikan pasukan angkatan perang mereka untuk secara bertahap kembali ke Belanda. 

Demikianlah cerita ini dikisahkan langsung oleh La Ode Madhimuru kepada penulis blog ini di rumahnya ketika penulis berkunjung di Bandung pada tahun 1987 lalu dalam rangka sesuatu urusan penulis untuk integrasi di Institut Tekhnologi Bandung. La Ode Madhimuru, memiliki 3 orang istri dan terakhir bekerja sebagai kepala sekurity pada kantor cabang Bank Indonesia Bandung dan telah meninggal dunia pada tahun 1993 dalam usia 83 tahun. satu lagi putra asli daerah Buton kesayangan Soekarno meninggalkan kita semua, semoga semua amal kebaikannya dalam mengorbankan diri untuk mendapatkan Irian Barat masuk dalam kesatuan negara Republik Indonesia senantiasa mendapat rodho dari sang pencipta, amin.

Buton Negeri Penuh Cahaya...
Tinggal satu perjanjian lagi yang ditunggu-tunggu dan dinantikan oleh segenap para tetua, para sara, para sesepuh, keturunan, pewaris masyarakat negeri Buton yang mengetahui kisah rahasia ini, yakni berupa janji Belanda untuk memakmurkan Buton (wolio) menjadi sebuah negeri penuh cahaya. Bisa kita bayangkan..., negeri macam apa nantinya Buton ini bila janji Belanda ini sustu saat nanti dapat dipenuhinya; bisa dibilang mungkin negeri Buton merupakan negeri paling makmur di kawasan Asia bahkan dunia sekalipun. Kata leluhur.., hitung-hitung harta pulau Buton masih jauh lebih banyak dari pada Brunai Darussalam. 

Dalam bahasa Buton (bahasa Liya) disebutkan : Tesara nuwolio kumonta janji uwalanda ;..."mbeae amosio adosa uwalanda kua sara wolio hitu tapi aharta usiwulukano ara aka nobangune atogo nu wolio (butuni) no dhumari uwana umanusia ucahaya". (artinya : tidak akan habis utang Belanda kepada negeri Buton sebanyak tujuh lapis keturunannya jika mereka belum membangun negeri Wolio (Buton) menjadi negeri makmur sentosa atau negeri penuh cahaya).

Dari mana Belanda mendapatkan sumber dana untuk membiayai negeri Buton?. Tentu tak lain adalah dari sumber daya alam yang dimiliki oleh pulau Buton itu sendiri. Pada tahun 1768 telah dilakukan pengukuran geologi potensi sumber daya mineral pulau Buton oleh ahli dari Belanda dimana hasil pemetaan pengukuran ini ada tersimpan di Leiden Belanda. Semua harta yang terpendam didalam tanah pulau Buton sesuai dengan kesepakatan masa lampau hanya dapat digarap oleh Belanda dan Cina Tibet pada orang-orang tertentu yang memiliki simbol kode yang dapat dilihat langsung pada pelipisnya.

Oleh karena itu, sudah tibalah saat yang dinanti-nantikan itu, dengan waktu tidak begitu lama lagi Insya Allah, atas izin dan ridho tuhan yang mana esa, sang hieng widi, batara guru, janji Belanda ini akan segera terwujud, dengan melalui tanda-tanda alam secara simbolik berupa :"matahari bersinar warna hijau". 

 Sudah saatnya para pemuka adat Buton untuk merapatkan barisan..., perkuat sistem adatmu..., tegakkan sistem saramu..., tegakkan kembali adat Butuni mautil jam'ah!. Mulailah persiapkan alat-alat janji yang ketiga itu, sebab mungkin tidak lama lagi meraka Belanda datang beserta bangsa-bangsa lain membawa amanah janji yang diiringi oleh 12 bendera bangsa-bangsa di dunia sesuai dengan jumlah mata lampu pada Lantera yang tergantung dalam flapond tengah-tengah mesjid Keraton Buton yang bisa kita jumpai saat ini, dengan syarat harus sara wolio mampu memperlihatkan simbolisasi 3 buah janji yang sudah disepakati di atas kapal Karel Dorman tersebut. Oleh karena itu pada akhirnya saat ini seluruh kekuatan masyarakat Buton harus segera mendesak pemerintah daerah untuk segera bentuk Lembaga Adat Buton beserta intrumennya serta segera bentuk kembali susunan Sa'ra sehingga buton bisa kembali bangkit dengan budayanya. Bila perlu sinyal-sinyal ini pemerintah daerah segera bergaining untuk mengusulkan ke pemerintah pusat agar wilayah Keraton Wolia dan sekitarnya dijadikan Daerah Khusus Istimewa, kertan hanya dengan demikian kita memiliki legitimasi untuk menopang eksistensi Lembaga Adat dan sistem Sarana Wolio. Dalam kaitan ini mengingat konstelasi kejayaan kebutonan hingga saat ini belum ada satupun pemimpin (para Bupati, para Wali Kota) yang mampu mengangkat hal itu, maka sudah saatnya dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Buton masa bakti 2011-2016, pilihlah pemimpin yang memiliki potensi yang bisa merubah wajah Buton kembali jaya sesuai zamannya.

Pada akhirnya akan timbul pertanyaan : ..."Benarkah semua kisah ini?. ...Benarkah bahwa pada tahun 1948 pernah dilakukan perjanjian rahasia di atas Kapal Karel Dorman antara Sultan Buton, Utusan Presiden Soekarno dan Utusan Ratu Wilhelmina?. ..."Benarkah bahwa masuknya Belanda aabad XVI di Indonesia atas permintaan Sultan Buton atas pemerintahan Kerajaan Belanda, dengan mempertimbangkan bahwa para kerajaan besar yang terdapat di pulau Jawa seperti : Majapahit, Air Langga, Singosari, Mataram dlsb tidak mampu merpersatukan wilayah nusantara dari sabang sampai marauke secara utuh?. ..."Benarkah Soekarno itu masih berdarah Buton, sehingga dia selalu ada ikatan emosional dengan Sultan Buton?. 

Olehnya itu untuk menguak fakta-fakta akurat dibalik makna substansi kisah ini, masih diperlukan penelitian lebih lanjut secara mendalam yang dilakukan oleh para ahli antropologi budaya, para arkiologis, para sejarawan dan para sosiologi kontemporer.  Hasil penelitian diharapkan dapat mengungkapkan tabir kisah ini, sehingga masyarakat Indonesia dan masyarakat Internasional dapat mengetahui kebesaran pulau Buton pada zamannya.****
 
sumber:http://albutuni.blogspot.com/

1 komentar:

  1. efek dari makmurnya buton kelak juga berimbas kepada pulau-pulan di Indonesia, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kaya, aman sentosa serta makmur tidak ada lagi warga Indonesia yang miskin, adapun perbendaharaan ( harta yang di maksud ) adalah pemberian dari Allah swt kepada paduka Soekarno, dan itu masih tersimpan gaib di daerah buton dan pulau jawa, kelak tiba saat nya amanah itu akan datang khususnya bila bangsa Indonesia sudah memiliki pemimpin yang amanah serta Takut kepada Allah swt..di situlah awal kesejahteraan bagi bangsa Indonesia akan di mulai sebagaimana ini adalah cita-cita luhur dari Yang Mulia Paduka Soekarnao (semoga Allah merahmati beliau)

    BalasHapus