Minggu, 10 Juni 2012

Sultan Himayatuddin (Oputa Yi Koo), Sultan Buton, Hingga Wafat Tak Pernah Berhasil Ditangkap Belanda

Oleh : Bardin, S.Pd
Sejarah kesultanan Buton mencatat terjadinya perang besar melawan pemerintah Belanda di masa pemerintahan Sultan Himayatuddin (La Karambau / Oputa Yi Koo Sultan Buton ke-20 dan ke-23) sekitar tahun 1755.

Pada masa itu terjadi pertempuran antara pasukan kesultanan Buton dan pemerintah Belanda yang menimbulkan banyak korban dari kedua belah pihak.
Diantara korban yang gugur termasuk para petinggi kesultanan Buton diantaranya Sapati, Kapitalau, Bonto Ogena, raja Lawele dan Tondana serta mantan Raja Rakina (Susanto Zuhdi : Labu Rope Labu Wana, 1999 ; Ligtvoet, 1878-78-9)
Catatan sejarah ini mengundang para pemerhati dan peneliti sejarah diantaranya Prof DR Susanto Zuhdi, Drs Said. D serta budayawan Buton lain yang didukung para tokoh masyarakat untuk mengusulkan Sultan Himayatuddin (La Karambau / Oputa Yi Koo) sebagai sosok pahlawan Nasional.
Menurut Prof Susanto Zuhdi dalam seminar persiapan penyusunan Buku Biografi Sultan Himayatuddin (La Karambau / Oputa Yi Koo) di aula Rumah Makan Betoambari beberapa waktu lalu perjuangan Sultan Himayatuddin dalam menentang penjajahan Belanda di Buton telah memenuhi indicator untuk diajukan sebagai pahlawan nasional.
Meski selama ini sejarah Nasional setelah wacana NKRI terbentuk sejarah perjuangan tokoh pejuang Buton terkesan dikesampingkan karena munculnya versi ‘pengkhianat’ yang diberikan kepada Kesultanan Buton. Sebab, di masa lalu sejarah mencatat adanya kerjasama antara Buton dan pihak Belanda.
“Kondisi masa lalu sebelum Negara Kesatuan RI lahir yakni keberadaan kerajaan di Nusantara yang berdaulat termasuk satu diantaranya adalah Buton. Pada masa itu sebuah kerajaan berhak menentukan haluan politik luar negerinya termasuk menjalin kerjasama dengan semua pihak. Ini tidak bisa dijadikan rujukan jauh setelah wacana lahirnya Negara Kesatuan RI,” kata Prof Susanto Zuhdi.
Dalam draft buku Biografi Sultan Himayatuddin (La Karambau / Oputa Yi Koo), dimuat kronologis kegigihan Sultan Himayatuddin menentang pemerintahan Belanda di tanah Buton. Dijelaskan, kehadiran Belanda di Buton yang sebelum Sultan Himayatuddin naik tahta diterima dengan tangan terbuka.
Namun, kondisi itu mulai berubah setelah beberapa saat kemudian arogansi dari Belanda di Tanah Buton mulai tampak. Inilah yang ditentang oleh Sultan Himayatuddin dan siap melakukan perang terbuka melawan Belanda.
Dalam catatan sejarah Buton, Sultan Himayatuddin memiliki semangat yang sama dengan pahlawan nasional lainnya seperti pangeran Diponegoro, Teuku Umar, Sultan Hasanuddin, Sultan Agung Pattimura yang gigih menentang kehadiran Belanda di tanah air hingga bangsa ini lepas dari kungkungan penjajah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar