Kamis, 07 Juni 2012

TRADISI POKEMBA DI NEGERI SIMBOL (Buton)

Hadirnya modernisasi menimbulkan akses pergeseran paradigma dalam memahami budaya salah satunya tradisi POKEMBA. Pergeseran itu kini ditandai dengan hadirnya Undangan tertulis dan mulai mengabaikan undangan lisan dalamhal ini POKEMBA.

POKEMBA dalam masyarakat BUTON yang dikenal dengan Undangan Lisan pada KARYA DHADI dan KARYA MATE ini ditinggalkan dengan hadirnya keunikan dan kenekaragaman UNDANGAN-UNDANGAN tertulis, padahal secara hakiki tradisi POKEMBA menyimpan sejuta makna dibalik POKEMBA itu sendiri.

POKEMBA yang sering dilakukan oleh kaum PEMUDA-PEMUDI orang BUTON ternyata dapat membangun mentalitas sekaligus juga bisa membangun komunikasi yang baik antara PARA MANCUANA DAN PEMBAWA UNDANGAN LISAN itu sendiri.

Disamping itu pula TRADISI POKEMBA di negeri SIMBOL memiliki nilai dan makna tentang PEMBANGUNAN KARAKTER dimana kekinian yang sedang melanda di seluruh PELOSOK NUSANTARA. pendidikan karakter yang dimaksud para MUDA-MUDI dituntut untuk duduk ketika hendak menyampaikan hajatan kepada tamu yang akan diundang. Berkomunikasi santun dan berkepribadian bijak dimiliki oleh TRADISI POKEMBA,

Tradisi POKEMBA biasanya dilakukan oleh MUDA-MUDI yang berumur 6 - 20 tahun.para MUDA-MUDI ini akan dibekali bagaimana berbicara dengan ORANG yang LEBIH TUA dengan dirinya, Menyampaikan PESAN, Gaya Bahasa, TINGAH LAKU dan sebagainya. adapun interpretasi dari makan POKEMBA sebagai berikut: pertama sebelum hendak memasuki rumah atau tamu yang akan diundang hendaknya mengucapkan salam sebanyak 3 kali dan palingkanlah badanmu kerah belakang agar orang lain tidak mencurigaimu. selanjutnya setelah salam ketiga kali tidak adda juga respon dari rumah tersebut maka tinggalkanlah rumah itu dan lanjutkan lagi ke rumah udangan yang lain.

Kedua, sebelum menyampaian hajatan DUDUKlah bila diperkenankan dan setelah itu sampaikan ucapan maaf (TABE) atas segala tutur sapa yang salah dari penyampaian yang dimaksud, selanjutnya sampaikanlah pesan tersebut kepada orang yang bersangkutan dengan sapaan SANTUN agar kiranya ia berkehendak bisa menghadiri acara tersebut.

Ketiga, Nasehat berikutnya berupa PAKAIAN ORANG POKEMBA, disarankan memakai SONGKO (KOPIA), SARUNG, dan BAJU yang sangat sederhana agar nampak RAPI.

Dari ketiga penafsiran TRADISI POKEMBA di NEGRI SIMBOL diatas dapat dikatakan bahwa semestinya TRADISI POKEMBA tidak mesti dilupakan begitu saja karena didalamnya terdapat nilai yang tak terhingga dan disamping itu pula nilai-nilai tersebut bisa mendidik GENERASI MUDA dalam membangun JATI DIRINYA khususnya membangun JATI DIRI ORANG BUTON.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar