Minggu, 10 Juni 2012

SEKILAS SISTEM PERTAHANAN KERAJAAN BUTON

Eksistensi Kerajaan Buton sejak berdirinya pada pertengahan abad ke 14 Masehi sampai memasuki era Pemerintahan Kesultanan pada Medio abad ke 16 merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kecenderungan Global yang terjadi pada saat itu, khususnya tatanan politik, sosial, ekonomi maupun pertahanan keamanan.

Buton yang berada di Kawasan Timur Nusantara sejak awal abad ke 17 merupakan arena pertarungan kepentingan antar kerajaan yang ada di wilayah ini yaitu Ternate maupun Gowa, juga termasuk kekuatan-kekuatan asing utamanya Belanda.

Konsekwensi logis Kesultanan Buton berada pada persimpangan jalur pelayaran yang menghubungkan Kawasan Barat dan Timur Nudantara maupun wilayahnya terdiri dari pulau yang terbesar antara Laut Banda dan Laut Flores memiliki Potensi yang sangat besar akan terjadinya gangguan keamanan baik dari luar maupun di dalam wilayah kesultanan. Menyadari akan hal tersebut maka oleh penguasa kesultanan Buton mengambil kebijaksanaan membangun suatu pertahanan untuk melindungi dan mempertahankan wilayah kekuasaannya.

Dalam menghadapi ancaman yang akan muncul maka beberapa strategi yang ditempuh oleh penguasa Kesultanan Buton dengan membangun sistem pertahanan berlapis yang berintikan pertahanan rakyat semesta dengan menerapkan falsafah perjuangan masyarakat Buton.
“Yinda yindamo arata somanamo karo”
“Yinda yindamo Karo somanamo Lipu”
Yinda yindamo Lipu somanamo Sara”
Yinda yindamo Sara somanamo Agama”
Artinya Biarlah harta jadi korban asal diri selamat
Biarlah diri jadi korban asal negeri selamat
Biarlah negeri jadi korban asal Pemerintah selamat
Biarlah Pemerintah jadi korban asal Agama selamat

Demikian halnya dalam pengorganisasian sistem pertahanan dan keamanan Kesultanan Buton mengenal pertahanan Empat Penjuru berlapis yaitu :
  1. 1. Pertahanan Barata (Barata berarti menjaga keseimbangan dan kestabilan), dalam hal ini saling membantu agar tetap mempertahankan kelangsungan pemerintahan kesultanan.

Dalam pemahaman politik bahwa “barata” merupakan kerajaan kecil yang diberi otonomi dalam mengatur urusan rumah tangganya sendiri, terkecuali di bidang pertahanan dan keamanan wilayah secara kolektif, tanggung jawab berada pada pemerintah Kesultanan Buton melalui Angkatan Perang atau Kapitalau. Barata yang dimaksud adalah
-          Barata Muna yang menjaga dan memelihara keamanan dibagian utara Kesultanan Buton
-          Barata Tiworo yang menjaga dan memelihara keamanan di bagian Barat Kesultanan Buton
-          Barata Kaledupa yang menjaga dan memelihara keamanan di bagian Selatan Kesultanan Buton
-          Barata Kulisusu yang menjaga dan memelihara keamanan di bagian Timur Kesultanan Buton

Dari Ke-empat Barata ini bila dalam mengahdapi serangan musuh selalu melakukan koordinasi satu sama lain untuk memperkokoh sistem pertahanan yang mereka bangun, terkecuali sudah tidak mampu menghadapi musuh maka selanjutnya akan meminta bantuan dari pusat pemerintahan kesultanan Buton. Pertahanan Barata ini adalah pertahanan terluar atau lapisan pertama yang lebih dahulu menghancurkan musuh sebelum masuk dalam wilayah inti kesultanan.

2. Pertahanan Matana Sorumba (Terkonotasi Jarum yang sangat tajam) yaitu prajurit dalam menjaga wilayah daratan Kesultanan Buton merupakan anggota masyarakat yang telah terpilih, terlatih dan teruji kemampuannya dalam hal keprajuritan. Adapun matana sorumba tersebut adalah :
-          Lapandewa adalah masyarakat prajurit yang mengawasi dan menjaga keamanan serta menghalau musuh yang datang dari arah utara Kesultanan Buton
-          Mawasangka adalah masyarakat prajurit yang mengawasi dan menjaga keamanan serta menghalau musuh yang datang dari arah barat Kesultanan Buton
-          Wabula adalah masyarakat prajurit untuk menjaga keamanan, mengusir dan menghancurkan musuh yang datang dari arah selatan Kesultanan Buton
-          Watumotobe adalah masyarakat prajurit untuk menjaga keamanan, mengusir dan menghancurkan musuh yang datang dari arah Timur Kesultanan Buton.

Kelompok masyarakat matana sorumba tersebut mempunyai keahlian dan kelebihan yang dimiliki dalam menghadapi musuh secara langsung dengan menggunakan sistem ofensif maupun defensif serta merupakan sistem perang gerilya.

Mereka secara keseluruhan mengetahui seluk beluk tentang medan geografis wilayah Kesultanan Buton yang berhutan dan bergunung-gunung.

3. Pertahanan Bonto adalah tugas untuk menjaga keutuhan ibu kota Kesultanan Buton yang di kelilingi sebuah benteng. Inti kekuatan pertahanan Kesultanan Buton ada                          pada pata limbona terdapat dalam wilayah Keraton Wolio yang setiap limbo dipimpin oleh seorang Bonto.



Bontona Gundu menjaga wilayah benteng sebelah barat
Bontona Peropa menjaga wilayah benteng sebelah selatan
Bontona Barangka Topa menjaga wilayah benteng sebelah utara
Bontona Baluwu menjaga wilayah benteng sebelah timur
Keempat Bonto tersebut disamping sebagai aparat pemerintah kesultanan juga mempunyai tugas ekstra sebagai pertahanan.
Dalam perkembangannya tidak hanya ke-empat Bonto ini saja yang mengawasi Benteng Wolio tetapi seluruh bonto yang ada terutama Sio Limbona bahkan seluruh masyarakat yang mendiami kawasan Wolio Ibu Kota Kesultanan Buton.

4. Pertahanan Bhisa patamiana yang mempunyai tugas dalam pertahanan adalah pertahanan kebathinan yang mempunyai kedudukan dalam Ibu Kota Keraton Wolio dengan mengandalkan kekuatan supranatural dalam mengetahui keberadaan musuh pemerintah Kesultanan. Mereka berupaya untuk menghancurkan musuh yang akan merong-rong keutuhan wilayah dan pemerintah Kesultanan Buton atas izin Yang Maha Kuasa. Bhisa Ptamiana ini identik dengan moji yang mempunyai posisi dalam sutruktur Sara Agama di Kesultanan Buton. Moji yang dimaksud adalah :
  1.  Mojina Kalau mempunayi wilayah pengawasan pertahanan bathin pada bagian selatan dimulai dari pulau Batuatas sampai Pulau Moromahu
  2.  Mojina Silea mempunyai wilayah pengawasan pertahanan kebathinan sebelah timur dari Pulau Moromahu sampai Pulau Wawoni’i.
  3.  Mojina Peropa mempunyai wilayah pengawasan kebathinan sebelah utara dari Pulai Wawoni’i sampai Pulau Sagori
  4.  Mojina Waberongalu mengawasi wilayah barat dari Pulau Sagori sampai Pulau Batuatas.

Pada Prinsipnya bahwa sistem pertahanan yang diterapkan oleh pemerintah Kesultanan Buton tidak berdiri sendiri melainkan satu kesatuan yang tak terpisahkan antara Barata, Matana Sorumba, Pata Limbona, maupun pertahanan Bhisa Patamiana dengan menerapkan sistem pertahanan rakyat semesta secara keseluruhan, tak terkecuali bila ada gangguan, serangan dari pihak musuh maka secara spontan seluruh lapisan masyarakat mengambil bagian untuk berjuang menghancurkan musuh dalam rangka mempertahankan Kesultanan Buton.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar